Aku punya seorang pacara, singkat cerita Pacarku ini punya pribadi yang
tidak konsisten. Tingkat kekhawatiranya besar seperti kebanyakan wanita tapi
yang parahnya jika di tularkan pada orng lain bisa berakibat ”Kepo” atau
ngepoin orang. Biasanya kalo udh gitu aku lebih baik milih mati mendadak ketimbang
dikepoin sama dia. Malunya setengah mati menn, apa lagi kalo udh di depan umum.
Nah,, hari minggu kemarin aku ngenes sama sikapnya yang gak konsisten. Aku
bimbang, aku gak semangat yang seketika ngerubah aku jadi Andilau (antara dilema
dan galau). Kalo udah seprti ini aku biasanya banyak diam, denger-denger lagu
meloww sambil bertanya dalam hati (tuhan kenapa ini terjadi denganku, kenapa??
Kenapa?? ) terus tiba-tiba gak sadar diri (haha nggak ya). Hari senin paginya
dia udah kerja, kebetulan ada panggilan di satu perusahaan di medan yang
ngebutuhin tenaga kerja dibagian keuangan. Tentu ini kabar baik buatnya karena
keinginanya untuk berkerja cukup besar setelah menyelesaikan pendidikan strata
satunya di USU. Karena sikapnya hari minggu semalam itu, ntah kenapa aku tidak
terlalu menyambut kabar bahagia tersebut. Meski awalnya buat masuk ke
perusahaan itu harus ngelewati perang besar sampai harus gaduh teriak-teriak di
jalan, jambak-jambakan, cakar-cakaran sampe akhirnya dia nangis bukan karena
kalah dariku tapi karna aku tetap cuek dengan semua yang di lakukanya (Sampai
dirumah aku sadar kalo dia pernah belajar kungfu, jurus tapak macan setelah aku
periksa di kamar bekas cakaranya pada tubuhku ).
Dihari kerjanya kedua, suasanapun mulai cair. Mulai bersambut tegur sapa
meski aku gak tau sampai kapan sebuah pertanyaan besar yang ingin aku sampaikan
bisa bertahan dihatiku. Setelah mengantarkanya berangkat kerja, aku
berinisiatif untuk mengantarkan makan siangnya ke kantor. Sambil memotong
cabai, seribu pertanyaan muncul di otakku. Kenapa aku mau ngelakuin ini semua,
terkadang aku ngerasa lelah jika harus ngerasakan kecewa yang berkali-kali. Seolah
aku ini dewa penolong buatnya meski kesanya seperti pesuruh dalam film cinta
brontosaurus yang di bintangi raditya dika bercerita tentang seorang pria namun
harus ngerti perasaan dan maunya seorang wanita. Namun semuanya jalan gitu aja, nalar di otak
timbul dari niat dalam hati tanpa paksaan atau kekerasan (kayak KDRT aja).
Mungkin itu yang namanya peduli sejati (sekali lagi itu nyata dan dengan
sendirinya hadir gitu aja buat mengerti dan ngalah sama orng yang kita sayang),
hadirnya karena rasa sayang dan cinta. Coba gak sayang mana mungkin mau segitunya
sama kawan kerja atau bahkan sama bos di kantor sendiri mustahil mau masakin
makan siang meskipun si bos adalah orang yang tiap bulan ngegaji kita. Semuanya
timbul dalam fikiranku jika mengingat kekecewanku hari minggu itu. Buat pembaca
pasti penasaran apa yang dilakukan pacarku minggu lalu. Biarlah aku dan Tuhanku
yang tau kisah cinta ini. Sama kayak tukang bajai, Cuma Tuhan dan tukang
bajainya yang tau kapan bajai itu berubah arah (Cinta Dalam Kardus by Raditya
Dika).
Kulihat jam hampir menunjukan saatnya makan siang. Langkahkupun segera
bergegas mulai dari melihat keadaan nasi yang telah ku masak, Apakah telah
menjadi bubur atau gak. Kemudian memasukan mie instan yang hendak kujadikan mie
goreng untuk di santapnya, sampai memotong cabai dan sosi yang akan menjadi
pelengkap makan siangnya nanti. Aku mulai fokus membuang semua pertanyaan dalam
otakku, dan mengambil langkah untuk berhati-hati agar tidak terjadi salah
kaprah dalam hidangan makan siangnya nanti. Jika sampai terjadi gak mungkin dalam waktu
singkat mengulang masakan untuknya.
Lima belas menit kemudian jadilah mie goreng sosis naget. Kedengaranya
simpel ya tapi menceritakanya seperti orang yang akan menghidangkan makan siang
besar. Setelah selesai kuperhatikan hidangan yang telah kusiapkan tadi.
Kemudian aku sadar secara tidak langsung bersamanya dan karenanya aku telah
tumbuh menjadi sesuatu. Tanpa disadari lewat sikapnya yang emosional, repot gak
tentu, egois belum lagi harus mengerti sifat manja dan kekanakanya aku tumbuh menjadi orang yang lebih sabar.
Dengan sikap ketidak konsistennya aku tumbuh menjadi pria yang lebih tulus. Dan
dengan orang yang terus setia, selalu ada untuknya aku tumbuh menjadi orang
yang lebih ikhlas. Apapun hal yang dilakukan di balik sikapnya aku sadar
bersamanya aku menjadi tumbuh bersamanya. Tepatnya semua yang aku lakukan hanya
karna ”Buat Tumbuh Bersamanya”.
mungkin semua yang ngebaca kecewa karena ini memang bukan tulisan opini,
atau artikel menarik yang menghibur buat di baca. Ini juga bukan cerita curhat,
anggap saja ini sebagai bumbu resep untuk kisah asmara kelak. Sama seperti
masakan jika tidak berusaha untuk mengerti resep dan bumbu masakan yang jelas,
tidak akan mungkin menghasilkan makanan yang lezat. Sama seperti cinta jika
tidak mengerti yang pasangan kita inginkan maka gak akan mungkin kita mampu
merasakan cinta bersama orang yang kita sayang.
Dan garis besar dalam permasalahanya adalah sampai kapan kita mengerti
pasangan kita jika dia belum sadar akan cinta yang luar biasa yang sedang
menunggu kesadaranya untuk berubah dan balik mengerti kita??. Dan apakah kita
sebagai pasangan yang setia mampu menunggunya untuk sabar?? Apakah rasa setia
itu benar-benar tulus bersedia untuk menunggu?? Dan sampai mana kesabaran atas
dasar cintaku kepada anada mampu bertahan??? Dan sampai kapan aku akan
senantiasa terus mengerti anda tanpa pengertian yang aku inginkan??. Apakah
mampu pertanyaan ini tetap bertahan dalam hati untuk menunggu jawabanya???
Hallo bang, frans. aku dewi dari Blogger Medan Community. cuma mau bilang kalau ingin bergabung dengan kami silahkan gabung ke grup kami di facebook Blogger Medan Community di sana sudah ada syarat dan ketentuannya. terima kasih
BalasHapus